Senin, 17 Maret 2014

Mi Ayam 'Organik'




Suatu siang sekitar pukul 11-an mendekati jam makan siang, aku dan dua orang temen lagi kelaparan banget sehabis kuliah dari jam tujuh pagi sampai jam sepuluh pagi..niatnya sih kita pengen makan siang di kantin kampus aja mengingat jarak yang deket dan gakkusah keluar gerbang kampus segala. Males soalnya
Akhirnya kita keluar gerbang kampus juga, kata anak-anak sih diluar kampus banyak warung yang jual berbagai variasi makan siang disbanding kantin kampus. Yang lebih penting adalah: harga makanan di luar kampus katanya gak bikin kantong anak kost kayak kita gini jadi cekak! Oke, berbekal informasi tersebut, kami memutuskan untuk makan ke luar kampus. Hehehe… kita berempat pun jalan kaki keluar kampus, mencari warung yang tepat untuk disinggahi. Dari mulai warung nasi, warung  soto bertebaran disini. Tapi akhirnya, pilihan kami jatuh pada warung mi ayam.

“Mi ayam aja yuk, udah lama kita gak makan mi ayam!” ajak Dian yang langsung disambut dengan anggukan setuju dari kami.
aku dan temen-temen masuk ke warung mi ayam yang gak begitu besar tempatnya, lalu kami mengambil tempat duduk dan memesan kepada ibu warungnya.

“Bu, pesan mi ayam 4 sama es jeruknya 4 ya bu.” Pesan Nia.
Kami pun menunggu pesanan mi ayam itu dengan perut kelaparan. Bau harum khas mi ayam pun membuat kami makin lapar saja. Sekitar 15 menit dibuat, mi ayam pun datang ke meja kami dan kami langsung menyantapnya. Nikmat banget rasanya siang-siang gini makan mi ayam plus minumnya es jeruk. Hmmmmm…
Aku, Dian dan Nia sudah lebih dulu menghabiskan mi ayam. Sedangkan Erni,masih saja belum habis. Maklumlah, dia memang lambat kalau makan. Namun tiba-tiba Erni mendorong mangkok mi ayamnya dengan wajah kaget bercampur geli.

“Loh, kamu kenapa Er?” tanyaku heran.
Erni geleng-geleng sambil menatap  mangkok itu dengan wajah geli plus ngeri. Membuat kita penasaran.

“Kamu kenapa Er?”
Erni menyuruh kami mendekat,

“Mi ayamnya ada uletnya. Hiii…” jawab Erni dengan suara berbisik, takut sang empunya warung mi ayam jadi tersinggung.

“Mana?” Tanya Nia penasaran.
Erni mengaduk isi mangkok mi ayamnya yang masih separo. Lalu dengan sendoknya, ia menunjukkan seekor ulat daun kecil berwarna hijau muda dengan ruas-ruas ditubuhnya dan sudah mati. Otomatis, kami pun langsung ikut geli dan ngeri melihat ulat itu walau pada dasarnya ulat itu sudah mati karena kepanasan disiram kuah panas tadi. Ulat itu tidak mungkin berasal dari mi atau ayamnya. Aku yakin ulat itu berasal dari daun sawi karena ulat itu adalah ulat daun. Si pemilik warung nampaknya malas mencuci daun sawi yang digunakan dalam masakannya, atau malah semenjak dibeli dari pasar, ia enggan untuk mencuci atau sekadar memilah-milih sawinya dan memlih untuk langsung memajangnya di etalase dagangan.

Aku, Nia dan Dian melihat mangkok kami yang masing-masing sudah habis daritadi. Membayangkan apabila ternyata tadi kami makan ulat sawi juga. Hiiii… masih beruntung Erni mengetahui ulat itu sebelum sempat dia menghabiskannya. Sedangkan kami? Jangan-jangan ada lebih dari satu ulat yang… aaaaaa… itu semua membuat kami parno dan buru-buru keluar dari warung sial itu setelah sebelumnya kami membayarnya.

“Haduh, gak lagi-lagi deh makan mi ayam disitu. Kebersihannya minus banget.” Ujar Dian saat kami otw balik ke kampus.

“Iya ya, warung itu harus di blacklist. Jangan pernah kesana lagi.” Sahut Nia gemas.
Sementara itu, Erni hanya diam. Mungkin masih syok.

“Udah Er, yang penting kan kamu gak jadi makan ulat itu beruntung kamu nemuin itu sebelum kamu habisin tadi. Lah kita? Kita belum tentu tau Er.. kalo…” kataku menghibur Erni.

“Ya, kalaupun kita makan ulat tadi tanpa sengaja juga gak apa-apa, kan itu protein hewani.”
Apa-apaan sih Dian ini? Bisa-bisanya mengkaitkan antara protein dan ulat dengan bentuk yang sangat menjijikkan itu? -__-

“Mungkin mi ayamnya organik alias gak pake pestisida. Jadi masih ada ulat di daun itu.”  Tandas Nia.

“Ngawur, organik sih organik, tapi gak gitu juga kaliiii..!!”


kenapa ya , aku udah ga sekuat dulu?

hari ini dapet kejadian apes ditempat kerjaan baru dan aku langsung kena tegur kepala ruangan. dan rasanya langsung cesss banget ke dada. la...