Selasa, 05 April 2016

Bapak, I Love You



Beberapa malam yang lalu, aku menelpon bapak.

Dia mengangkat telpon dariku sambil malu-malu berbicara. Dia malu-malu mengajakku berbicara karena mungkin aku mendahului percakapan kami dengan kalimat: aku kangen bapak.aku tahu bahwa Kalimat itu terdengar sangat asing di telinganya. Ya mungkin karena selama 20 tahun aku hidup bersamanya, aku tak pernah mengucapkan kalimat itu. Baru ketika  seperti ini, kalimat: ‘’aku kangen bapak” terlontar dari bibirku.

Karena belum pernah mengucapkan kalimat itu, aku sendiri merasa canggung untuk mengucapkannya. Tetapi rasa canggung itu tertutupi dengan rasa rinduku terhadapnya yang begitu meluap dan tak bisa dibendung lagi.
Aku sangat mencintai bapak. Bukan hanya karena beliau-lah yang rutin mengirimkan uang bulanan untukku, bukan hanya karena dia yang selalu menuruti keinginanku untuk jajan macam-macam sewaktu aku masih kecil. Lebih dari itu, cintaku kepada dia bukan karena materi yang  selama ini sudah diberikan untukku. Melainkan lebih dari itu. Kasih sayang seorang Ayah. Itulah yang beliau telah berikan kepadaku.

Bapak emang gak pernah memujiku ketika nilai rapotku bagus, bapak malah gak pernah liat isi rapotku seperti apa selama 12 tahun aku sekolah, bapak bahkan lupa usiaku berapa sekarang dan kemarin bapak malah lupa aku semester berapa sekarang. Bapak suka lupa terhadap hal-hal kecil. Ya aku maklum karena beliau lelaki dimana sifat alamiahnya adalah sering lupa hal-hal kecil. selama 20 tahun aku hidup, aku masih ingat hal-hal kecil namun sangat indah dan membekas diingatanku. 

Ketika dulu waktu aku masih kecil dan masih jadi anak tunggal, bapak pernah mebuatkan aku baju warna abu-abu, baju itu dia bikin sendiri. Dari mulai membuat pola, mengukur sesuai ukuran badanku hingga menjahit dengan tangannya sendiri menggunakan mesin jahit yang sampai sekarang masih ada dirumah. Dulu, aku belum terlalu paham, yang aku paham hanyalah bapak membuat baju untukku yang mungkin untuk menghemat pengeluaran beli baju baru. Tapi sekarang ketika aku ingat bapak pernah membuatkan baju untukku, itu semua membuatku terharu.

Bapak dulu juga sering mengajak aku dan mama jalan-jalan keliling Jakarta pakai motor Honda Astrea kala itu. Aku duduk di depan menggunakan topi polisi-polisian. Hal-hal kecil dan sesederhana itu membuatku makin mencintai dia. Sekarang, ketika aku sudah beranjak dewasa dan duduk di bangku kuliah, aku semakin sadar. Pengorbanan bapak sangat besar untukku.  Jujur, biaya kuliahku hingga sejauh ini sudah sekitar 60 juta. Itu berarti sudah banyak uang yang bapak keluarkan terhadapku.


Karir dan bapak.

Dua hal tersebut adalah dua hal yang gak bisa dipisahkan. Aku tau, bapak adalah seorang pekerja keras. Bapak pernah bercerita kepadaku kalau prioritas nomer satu dalam hidupnya dulu ketika belum menikah adalah:KARIR. Bapak ingin karirnya naik. Bapak melakukan pekerjaan apa saja sepenuh hatinya. Bapak bilang bahwa dunia kerja itu sangat keras, jauh lebih keras dari ibukota katanya. Maka dari itu perlu mental sekuat baja untuk menghadapinya. Di dunia kerja, mungkin nanti banyak orang yang gak suka sama kita. gak suka  dan iri sama keberhasilan kita. maka bisa disimpulkan bahwa untuk mencapai karir yang bagus itu gak mudah.

Bapak mengajarkanku untuk menjadi pribadi sekaligus perempuan yang tangguh nantinya. Perempuan yang kuat dan tegar dalam menghadapi segala cobaan dan ujian. Perempuan yang pintar sehingga mampu menjawab semua tantangan dari dunia dengan cerdas. Perempuan yang mandiri, gak manja sehingga kelak tidak akan merepotkan orang, tidak akan bergantung kepada siapapun, apalagi bergantung kepada laki-laki. Iya memang, aku tau , wanita jika nanti sudah menjadi istri, dia harus menurut terhadap suaminya. Tetapi 
 menurut bukan berarti ketergantungan kan? ketergantungan minta anterin kesana-sini padahal suami juga lagi sibuk kerja, ketergantungan ngerengek minta beliin perhiasan gara-gara iri liat tetangga sebelah baru beli perhiasan.. ya semacam itulah.

Kita sebagai perempuan memang wajib hukumnya dalam agama untuk menurut terhadap suami. Misalnya suami melarang kita untuk pergi malam-malam, melarang kita untuk memakai baju yang mencolok diluar. Ya kita harus menurutinya. Tetapi yang aku maksud tidak ketergantungan disini adalah tentang kemandirian kita sebagai wanita. Iya mandiri, selagi kita masih bisa melakukan sesuatu sendiri, lakukan sendiri, gak perlu merengek minta tolong sama orang lain.


Kembali ke bapak.

Selain melepas rindu, aku banyak bercerita segala hal yang akhir-akhir ini mengganggu pikiranku. Selama 20 tahun, ini adalah kali pertama aku curhat sama bapak dan ini kali pertamanya juga aku mendengar bapak berkata bijak, panjang- lebar. Padahal sebelumnya, aku mengenal dia sebagai orang yang irit bicara.
Bapak memberiku motivasi yang luar biasa. Bukan dengan kata-kata puitis. Hanya sederet kalimat sederhana namun begitu menyentuh hatiku.

“Hilda harus jadi orang nomer satu dikeluarga ini.”

“Hilda harus menggapai cita-cita dan mendapat karir yang bagus. Ingat, untuk mendapat karir yang bagus itu gak mudah. Banyak rintangan. Mungkin sekarang Hilda lagi dapet masalah biar kamu lebih kuat lagi nanti kalau sudah di dunia kerja. Bapak ngomong gini, karena bapak sudah merasakan kerasnya dunia kerja.”


“Sekolah yang bener, gak usah mikir macem-macem. Jadikan pendidikan dan karir itu prioritas utama kamu hil,”

Sebenernya masih banyak lagi sih, tapi 3 kalimat itu yang masih teringat dipikiranku dan  menjadi kalimat moodbosterku untuk semangat kuliah. aku akan selalu menyimpan kalimat motivasi itu dari bapak . nanti, di kala aku merasa semangatku sudah berkurang, aku akan memanggil ingatanku untuk kembali membacakan ulang kalimat-kalimat motivasi tersebut.


Perkataan bapak bener-bener bikin aku nangis. Oke, aku emang cengeng. Tapi, cengeng karena orang tua gapapa kan? Maksudku, orangtua adalah satu alasan yang layak dibalik tangisan kita. tangisan seorang anak.

Aku kangen bapak sekarang. Pengen peluk bapak :')

Mulai sekarang, aku berjanji untuk membenahi semuanya. Kembali Menata hati agar kehidupanku berjalan lebih baik. Berpikir positif. Setelah menulis ini, rasanya aku makin semangat untuk menuntaskan pendidikanku dengan hasil yang memuaskan. Hingga akhirnya mewujudkan keinginan bapak. Seperti yang bapak bilang di awal tadi: “Hilda harus jadi nomer satu di keluarga.”

Ya, aku janji pak. Janji. Doakan aku ya pak, doakan anak perempuan sulungmu ini yang kelak akan menjadi tulang punggung keluarga ketika bapak sudah lelah mencari nafkah.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kenapa ya , aku udah ga sekuat dulu?

hari ini dapet kejadian apes ditempat kerjaan baru dan aku langsung kena tegur kepala ruangan. dan rasanya langsung cesss banget ke dada. la...